Acces2

accestrade

https://atid.me/001kbs00267l

Fiverr

https://go.fiverr.com/visit/?bta=771663&brand=fiverraffiliates

Tuesday, 3 March 2015

Perbuatan dan Perkataan Harus Seimbang


Matius 23:1-12 (Hari Biasa Pekan II Prapaskah)

Dalam bacaan injil hari ini dikisahkan tentang pengajaran Yesus kepada orang banyak dan murid-muridNya. Tampaknya dua kelompok ini menjadi audience Yesus pada saat itu. Orang banyak dapat diartikan sebagai orang kebanyakan atau masyarakat umum, sedangkan murid-muridNya dapat diartikan sebagai mereka yang sudah percaya pada pengajaran Yesus dan mau hidup denganNya. Pada kesempatan kali ini, Yesus secara langsung menyerang otoritas para ahli taurat dan kaum farisi sebagai kelompok resmi pengajar dan penafsir Taurat. Kursi Musa yang disebutkan pada ayat 2 dapat diartikan sebagai “wibawa resmi”. Metafora ini berasal dari adanya suatu tempat duduk dari batu di muka Sinagoga yang biasanya diapakai oleh guru resmi untuk mengajar taurat. Dalam hal ini, Musa dipandang sebagai Guru yang memiliki wibawa tertinggi karena dia menerima hukum langsung dari Allah dan kemudian meneruskannya kepada Yosua. Yosua kemudian menurunkannya kepada tua-tua bangsa Yahudi, dan kemudian diturunkan kepada para nabi dan para nabi menurunkannya kepada para pemimpin sinagoga.
Pada kesempatan ini, Yesus menunjukan bahwa wibawa tertinggi yang dipegang para ahli taurat dan kaum Farisi kontras dengan perbuatan yang mereka tunjukan dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran yang mereka ajarkan adalah ajaran yang benar sehingga harus diikuti. Seandainya saja ajaran mereka menyimpang, maka otoritas mereka harus dipertanyakan dan wibawa mereka patut dipertanyakan. Dalam hal ini, Yesus tidak mempersoalkan ajaran yang mereka sampaikan. Yesus mau mengatakan kepada pendengarnya untuk tidak mengikuti apa yang mereka perbuat karena tidak sesuai dengan apa yang mereka sampaikan. Yesus mau menekankan bahwa perbuatan mereka harus sesuai dengan pengajarannya, tindakan harus sinkron dengan kata-kata. Dalam konteks ini, dapat dilihat bahwa para ahli Taurat dan kelompok Farisi bukan mewartakan karya Allah tetapi mewartakan diri sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan gaya hidup mereka yang suka duduk di tempat terhormat, melakukan ibadah untuk dilihat orang, suka dipanggil rabi dan suka menerima penghormatan di pasar.
Dalam hidup kita sehari-hari, kita juga kadang hanya pandai bicara, tetapi prakteknya kosong. Menyitir slogan yang sering dipakai dalam sebuah iklan rokok, Talk Less Do More, Kita diajak untuk lebih mengutamakan tindakan kasih kita, sebab tidak terlalu berguna jika kata kasih hanya berhenti di bibir. Yesus melalui bacaan hari ini mengajak kita untuk bertindak dari apa yang kita katakan dan katakan dari apa yang selama ini kita buat dan hidupi. Sederhananya, jika kita mengatakan mengasihi sesama, ya kita dengan hati yang tulus menerima semua orang sebagai saudara. Bukan malah memberi cap tertentu pada orang-orang yang kita kenal, menghina mereka dan berusaha menemukan kesalahan mereka. Yesus sekali lagi mengajak kita untuk perlahan-lahan menyeimbangkan apa yang kita katakan dan tindakan yang kita buat dalam hidup sehari-hari. (IG)