Acces2

accestrade

https://atid.me/001kbs00267l

Fiverr

https://go.fiverr.com/visit/?bta=771663&brand=fiverraffiliates

Thursday, 5 March 2015

Redemptorisiana



Alfonsus Maria de Liguori

Riwayat Hidup, Tulisan dan Spiritualitas
       

Alfonsus lahir pada hari Kamis, 27 September1969 di Marianella, sebuah daerah di pinggiran kota Napoli. Alfonsus lahir sebagai anak yang sulung dari delapan bersaudara, empat laki-laki dan empat perempuan. Dua hari setelah kelahirannya Alfonsus dipermandikan di Gereja Santa Maria Dei Vergini Napoli dan diberi sembilan nama pelindung: Alfonsus, Maria, Antonius, Yohanes, Fransiskus, Kosmas, Damian, Mikael, Gaspar.

Ayah Alfonsus, Don Joseph Felix de Liguori (Don Giuseppe), merupakan warga Napoli yang sejak berusia 15 tahun ia masuk Angkatan Laut Spanyol. Ia pensiun dengan jabatan Komandan Kapal angkatan Laut Kerajaan. Tugasnya selama bertahun-tahun di laut, menyebabkan Don Giuseppe menjadi seorang yang keras, bersikap kurang toleran, suka mengatur dan terkesan kasar. Kepribadian yang keras dan tegas ini sangat mempengaruhi dia dalam mendidik, mengatur dan menentukan masa depan anak-anaknya.
Sedangkan ibunya, Donna ana Katarina Cavalieri, berasal dari keluarga bangsawan. Dalam kesehariannya ia dikenal sebagai seorang ibu yang saleh, lembut, penuh pengertian dan tekun dalam doa. Berbeda dengan suaminya, Donna Katarina lebih banyak menghabiskan waktunya bersama anak-anaknya di rumah. Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara dan menjadi yatim sejak kecil. Selama 14 tahun ia tinggal di biara susteran Fransiskan Napoli sebagai anak asuh. Berkat didikan dan pola hidup yang teratur di biara membuat Anna Katarina menjadi seorang pribadi yang saleh dan lembut yang terus ia pertahankan dalam berumah tangga dan dalam mendidik anak-anaknya.
        Dua karakter yang berbeda dari Ayah dan Ibunya, menyatu dalam kepribadian Alfonsus. Meski demikian Alfonsus sendiri mengakui bahwa pengaruh dari ibunya lebih kuat dan dominan melekat dalam kepribadiannya. Pengaruh dari ibunya yang paling kuat dalam diri Alfonsus yakni penghormatan kepada Bunda Maria Selalu Menolong, cinta kepada Tuhan, kecintaan kepada orang miskin dan dalam pola hidup doa yang teratur.

Pendidikan Alfonsus
        Pada usia 7 tahun Alfonsus mempunyai seorang guru pribadi Don Domenico Bonaccia yang merupakan imam dari Calabria. Melalui guru pribadinya itu, Alfonsus mulai mempelajari bahasa Latin, Perancis, Yunani, Spanyol dan Italia dan juga ilmu sejarah, matematika dan dasar-dasar fisika cartesian. Selain itu, Alfonsus juga masih mempunyai guru yang bernama Don Carmeniello dan melalui gurunya ini, ia mempelajari ilmu filsafat (kosmologi), psikologi, astronomi, menggambar, melukis dan arsitektur.
        Orang tua Alfonsus terutama ibunya Donna Anna Katarina Cavalieri memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan keagamaan anak-anaknya. Pada usia 7 tahun Alfonsus mendapat pendidikan agama dari Pater Thomas Pagano, seorang imam Oratorian yang kemudian menjadi pembimbing rohaninya selama kurang lebih 30 tahun.

Universitas, Karier Hukum dan Panggilan menjadi Imam
        Don Giuseppe meletakkan seluruh mimpi dan harapannya pada putra sulungnya, Alfonsus. Ia menghendaki agar Alfonsus menempuh suatu karier di bidang hukum. Atas dorongan dan kehendak ayahnya, maka pada akhir Oktober 1708 saat berusia 13 tahun, Alfonsus didaftarkan sebagai mahasiswa tahun pertama pada Universitas Napoli. Studi hukum berlangsung selama lima tahun, terdiri dari studi hukum Romawi dan studi aneka sistem hukum lainnya. Fakultas hukum Napoli memiliki 12 mahaguru ( 7 dalam hukum sipil dan 5 dalam hukum Gereja). Dalam tulisan-tulisan dan indoktrinasi kepada mahasiswa, para profesor meletakkan dasar kepada negara untuk mengontrol Gereja yang menjadi ciri khas penguasa Bourbon di Napoli sebagaimana yang terjadi pada banyak pemerintahan lain di Eropa waktu itu. Seluruh sistem hubungan antar Gereja dan negara Napoli diistilahkan dengan regalisme[1] dan berhubungan erat dengan nama Bernard Tanucci.
       Selama tahun-tahun perkuliahannya, Alfonsus tetap menjadi anggota perserikatan bangsawan muda Napoli. Pada bulan Januari tahun 1713, dalam usia kurang dari 16 tahun Alfonsus menyelesaikan studi hukumnya dan mendapat gelar ahli hukum. Setelah tiga tahun lebih menjalani praktek (magang) pada beberapa lembaga bantuan hukum, Alfonsus memulai kariernya sebagai pengecara muda pengadilan Napoli.
       Setelah Alfonsus menyelesaikan studi dan sukses dalam kariernya, Alfonsus dihadapkan pada persoalan perkawinan yang melibatkan dia dan ayahnya. Ayahnya, berusaha untuk mengatur pasangan hidup yang cocok bagi Alfonsus dan usaha ayahnya ini menimbulkan perselisihan yang berkepanjangan dan menimbulakan luka yang mendalam di antara keduanya. Ayahnya, terus-menerus mengusulkan calon pengantin baginya dari kalangan kaum kaya dan berkuasa. Usaha ayahnya ini, membuatnya frustrasi karena ia dihadapkan pada dua persoalan yakni hasratnya untuk menjadi imam dan keinginan ayahnya untuk menikah.
       Berhadapan dengan pergolakan batin yang terus-menerus, maka selama pekan suci tahun 1723, ia mengadakan retret bersama imam Vinsentian. Retret ini, menjadi tahap penting baginya sebab dalam peristiwa inilah ia menemukan jawaban atas masa depan hidupnya yakni untuk menjadi imam. Dalam suratnya kepada P. Lametre, superior Vinsentian, Alfonsus menyatakan bahwa di biara Vinsentian Napoli ia akhirnya memutuskan untuk “meninggalkan dunia”. Bahkan sampai kematiannya, ia selalu menegaskan bahwa retret itu merupakan rahmat terbesar yang pernah diterimanya dari Allah.
       Keputusan yang diambilnya dalam retret itu baru terlaksan setahun kemudian, saat Alfonsus dipermalukan di depan pengadilan Napoli karena gagal mempertahankan argumennya dalam sebuah perkara yang mengakibatkan sejumlah bangsawan dan tokoh terkemuka pada pihak yang salah. Di kemudian hari terbukti bahwa persidangan tersebut telah dinodai oleh penyogokan dan intervensi politik.
       Kekalahan tersebut menjadi pukulan berat bagi Alfonsus, sehingga pada tanggal 29 Agustus 1723, di dalam Gereja Santa Maria Bunda Penebus, Alfonsus berlutut dan meletakkan pedangya di kaki patung Bunda Maria sebagai simbol pengabdiannya kepada Maria dan keputusannya untuk menjadi imam. Perlahan-lahan keputusan Alfonsus untuk menjadi imam semakin jelas dan pasti. Lewat kunjungan dan pelayanannya kepada para pasien di rumah sakit incurabilli[2], ia akhirnya memperoleh ketegasan spritual dan menjadi insyaf akan kesia-siaan dunia yang senatiasa terngiang-ngiang di telinganya “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?” (Mat 16:26).

Studi Teologi
         Pembinaan imamat Alfonsus sangat berbeda dengan kita sekarang ini. Pada waktu itu, calon imam tinggal di rumah orangtuanya, memakai pakaian gerejawi, dan ditugaskan membantu imam di salah satu gereja di Napoli. Mereka belajar teologi secara pribadi dibimbing oleh pengajar-pengajar yang telah ditetapkan. Ketiga pastor, P. Pagano, Don Giulio Torni dan Don Allessio  Mazzochi menjadi pendamping Alfonsus dalam studi ilmu teologi dan teologi moral.
         Pada tahun 1721, ada aturan baru yang mewajibkan para calon imam untuk mendaftarkan diri dalam salah satu dari tiga perkumpulan imam yang diakui keuskupan. Waktu itu, Alfonsus memilih untuk masuk dalam perkumpulan imam pada Kongregasi Misi Apostolik. Bersama Kongregasinya itu, Alfonsus mempelajari spiritualitas, pengantar ilmu ketuhanan, teknik berkotbah, metode Misi Umat, teknik beroraganisasi serta pendampingan dan katekese untuk anak-anak dan orang-orang pinggiran.

Klerus Napoli dan Uskup bagi Kaum Miskin
         Alfonsus ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 21 Desember 1726 di Gereja Katedral Napoli dengan umur 30 tahun. Setelah ditahbiskan, Alfonsus tinggal di rumahnya selama tiga tahun karena jumlah imam di Napoli terlampau banyak, namun demikian Alfonsus tetap terlibat dalam kegiatan pelayanan Kongregasi Misi Apostolik. Pada tahun 1729, Alfonsus menjadi pastor kaplan di Chinese college[3]. Di tempat ini, Alfonsus melibatkan diri secara total dalam pelayanan pastoral aktif sebagaimana imam di antara umat, berkotbah, mendengarkan pengakuan dan terlibat dalam kegiatan misi umat bersama Misi Apostolik. Di tempat ini pula, ia dikenal dengan Bapa Pengakuan yang ramah, penuh simpatik dan belas kasih. Apabila ada waktu luang ia menyempatkan diri untuk melayani kaum  lazzaroni[4] yang jarang mendapat pelayanan rohani. Terdorong oleh keprihatinan terhadap situasi hidup masyarakat miskin terutama pengalaman perjumpaannya dengan para petani miskin dan gembala kambing di Eboli (1727) dan Scala (1730), sehingga pada tahun 1729 Alfonsus berusaha mengumpulkan suatu kelompok imam misionaris yang ingin membaktikan dirinya bagi kaum miskin. Kelompok ini diresmikan pada tanggal 9 November 1732 dengan nama Misionaris Penyelamat Mahakudus, oleh Uskup Castelalamare-Scala, Mgr. Falcoia.
         Pada bulan Mei 1743, kelompok misionaris ini mengadakan Kapitel Jendral yang pertama di Ciorani dan memilih Alfonsus sebagai pemimpin CSsR seumur hidup. Kongregasi ini mendapat pengakuan Gerejani dari Paus Benediktus VI pada tanggal 25 Februari 1749 dan atas usulan Paus kongregasi ini mengubah namanya menjadi Kongregasi Sang Penebus Mahakudus.
         Tahun 1760, Alfonsus diangkat oleh Paus untuk menjadi Uskup di Santa Agata dei Gotti, 36 km dari Napoli. Penunjukkannya sebagai seorang uskup menjadi babak baru dalam kegiatan pastoral Alfonsus dan juga dalam kegiatan penulisannya. Selama tinggal di rumah keuskupan, ia mengahasilkan 50 tulisan. Di sisi lain kondisi kesehatan Alfonsus mulai memburuk, sehingga tahun 1775 ia meminta dispenisasi dari Paus untuk istirahat. Permohonannya itu dikabulkan dan ia kembali ke Pagani untuk istirahat di tengah para konfraternya.
       Kondisi kesehatan Alfonsus semakin memburuk dari hari ke hari sehingga pada siang hari tanggal 1 Agustus 1787, Alfonsus menghembuskan nafas terakhir saat sedang melangsungkan doa Angelus. Alfonsus wafat dalam usia 91 tahun. Pada tahun 1816 Alfonsus digelari Beato dan tanggal 26 Mei 1839 ia digelari Kudus. Dalam Konsili Vatikan I (Maret 1871) ia di gelari Pujangga Gereja. 80 tahun kemudian, Paus Pius XII mengangkatnya menjadi Pelindung para Bapa Pengakuan dan  para Teolog Moral.

Teologi Moral
          Alfonsus mengawali sumbangannya dalam bidang teologi moral, melalui terbitannya yang berjudul Adnotationes. Selama 40 tahun berikut, Alfonsus membaktikan dirinya kepada ilmu gerejawi dengan menerbitkan sembilan edisi tulisannya. Berikut ini yang merupakan karya-karya Alfonsus dalam teologi Moral adalah: Visite al SS. Sacramento (Kunjungan Pribadi Kepada Sakramen Mahakudus), II Confessre Diretto yakni buku untuk para Bapa Pengakuan di Pedesaan.
         Tahun 1756-1773, Alfonsus menerbitkan lima buah karya apologetis. Karya pertama ialah Melawan Kesesatan Orang Beriman Modern yang disebut Materialis dan Deis yang disusul oleh Kebenaran Iman terbukti oleh Motif Kepercayaan. Karyanya yang lain selama menjadi uskup yakni Kejayaan Gereja yang memuat laporan tentang Konsili Trente terutama pada pengajaran-pengajaran Luther dan Kalvin, dan juga sejarah tentang semua ajaran Bida’ah.

Hidup Rohani
         Semua tulisan spiritual Alfonsus sebenarnya dalam bentuk kotbah. Alfonsus memperkenalkan tema-tema secara singkat, padat dan jelas, berangkat dari pengalamannya sendiri atau dari hidup para kudus untuk menarik perhatian para pendengar serta yang terakhir adalah rangkaian doa-doa. Gaya menulisnya sangat sederhana “populer”. Sehingga orang yang buta huruf pun bisa mengerti gagasannya. Contoh: Fransiskus dari sales mengatakan bahwa kaum klerus saja yang bisa menjadi kudus, namun Alfonsus menjelaskannya dengan mengatakan bahwa semua orang dipanggil untuk menjadi kudus. Allah sudah memperlengkapi semua orag dengan sarana-sarana untuk mencapainya. Caranya adalah: Alfonsus menyediakan meditasi-meditasi, refleksi-refleksi, petunjuk-petunjuk, nasehat-nasehat perihal usaha pribadi dan doa-doa yang cocok. Semua yang telah di buat oleh Alfonsus sangat istimewa karena tulisannya betumbuh dari pengalaman hidupnya sendiri.

Karya-Karya Alfonsus
          Tulisan-tulisan Alfonsus mempunyai pengaruh sangat besar dalam tradisi Gereja katolik. Sejak tahun 1728 (dengan karya pertamanya Massime Eterne) Alfonsus menghasilkan 111 karya yang ditujukan kepada berbagai kalangan, terutama kepada kaum miskin dan sederhana. Lima puluh satu buku ditulisnya sebelum menjadi uskup dan enam puluh lainnya sejak menjadi uskup hingga kematiannya. Seluruh karya itu kini telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 70 bahasa.
          Seluruh karyanya mencerminkan kesatuan erat antara teori dan praktek, antara studi, doa dan karya misi yang dijalankan selama bertahun-tahun. Alfonsus juga mempunyai kekhasan dalam membagikan iman dan moral dalam buku-bukunya. Ia menuliskan apa yang dikotbahkannya dan pada bagian akhir selalu disertakan dengan doa. Oleh karena itu setiap karya Alfonsus bukan hanya merupakan buku bacaan, tetapi juga buku doa. Hal ini membuktikan bahwa Alfonsus sangat memberikan tempat istimewa pada doa.


Sumber
B. Ullanov (edit), The Way of St. Alphonsus de Liguori, Burns Oates, London 1990.
M. Vidal, CSsR, La Morale di Sant’ Alfonso. Dal Rigorismo alla Benignitä, Editones Academiae Alphonsianae, Rome 1992.                                             
F. M. Jones (edit), Alphonsus de Liguori, Paulist Press, New York 1999.
F. Pfister (edit),  Alfonsus de Liguori (1696-1787): Pujangga Gereja Calon Penghuni Neraka?,
       Kanisius, Yogyakarta 2002.

                        Fr. Yanto Lengo, C.Ss.R
Mahasiswa Tingkat IV Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma



[1]  Regalisme: sistem pemerintahan yang berlaku di banyak negara Eropa pada waktu itu, dengan pola hubungan berupa kontrol negara atas Gereja.
[2] Sebutan untuk Rumah Sakit yang didirikan oleh Maria Longo di Napoli pada awal abad 16 dan Rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit terbesar di Eropa waktu itu, karena mampu menampung 1.100 pasien.
[3] Nama sebuah seminari dengan nama resmi “ The Holy Family of Jesus Christ” didirikan oleh Matteo Rippa, dengan tujuan untuk pendidikan calon imam yang akan berkarya di Cina.
[4] Berasal dari kata Lazarus (Luk 16): orang yang temasuk dalam kelompok ini adalah tukang kayu, tukang batu, buruh pelabuhan, para pengemis dan pelacur. Mereka bisa ditemukan di setiap sudut kota Napoli, tetapi lebih banyak tinggal di daerah pesisir.