Matius 18: 21-35 (Hari Biasa Pekan III Prapaskah)
Hari
ini Penginjil Maitus dalam “perumpamaan tentang Pengampunan”, memberikan kepada
kita tentang bagaimana sikap kita dalam mengampuni. Ungkapan tujuh puluh kali
tujuh kali (ay.22), adalah ungkapan yang dipakai Yesus berdasarkan Yer. 11:20
“orang benar tidak membalas dendam, sebab ia menyerahkan perkaranya kepada
Allah”. Oleh sebab itu, dalam Perjanjian Baru Yesus mengubah patokan balas
dendam menjadi hukum pengampunan yang
tanpa batas. Jika kita kaitkan dengan ay. 24 tentang berhutang sepuluh ribu talenta
yang telah dihapuskan oleh raja, tentunya sikap raja ini baik adanya. Tetapi
sikap dari raja itu tidak dianjutkan kepada hamba lainnya yang berhutang
seratus talenta (ay. 28). Oleh karena itu ay. 33 mendapat jawaban “kunci”
tentang perumpamaan pengampunan ini yaitu “bukankah engkau pun harus mengasihi
kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?” Kuncinya dengan menggunakan kata
ellein. Kata ellein yaitu ‘mengasihi/berbelas kasih” yang dipakai Matius. Kata ellein ini juga sangat berperan penting
ketika digunakan Yesus dalam pengajarannya.
Saudara-i
yang terkasih dalam Kristus Yesus Sang Penebus. Dalam Kehidupan sehari-hari
kita, perihal tentang mengampuni, mungkin sudah sungguh melekat dengan diri
kita. Namun, yang menjadi persoalan adalah, apakah kita sungguh mengasihi dan
mengapuni orang-oramg yang bersalah kepada kita? Yesus dalam sabda-Nya kali ini
mengajarkan kepada kita untuk mengampuni orang-orang yang mungkin berbuat salah
kepada kita. Ingat!! Allah Bapa sendiri telah mengampuni kita dari segala
kesalahan kita. Mengapa kita tidak bisa mengampuni orang lain, terlebih khusus
musuh kita? Mari di masa Prapaskah ini, kita saling membagi kasih dan saling
mengampuni antara yang satu dan yang lain. (Patyymangoe)