Yohanes
5: 17-30 (Hari Biasa Pekan IV Prapaskah)
Keadaan Nando sudah
semakin membaik. Ia sudah mulai bisa beraktifitas seperti biasanya. Pak dan Bu
Kris tersenyum bahagia saat melihat anak semata wayangnya itu sudah pulih dari
sakit. Pada saat makan malam bersama, Nando meminta maaf kepada ayah dan ibunya
atas kelakuannya saat mati lampu minggu yang lalu. Ia malah berjanji akan
menuruti semua yang diperintahkan oleh orang tuanya. Tidak mungkin baginya
untuk hidup dalam ketidakaturan sementara orang tuanya dipandang baik oleh
masyarakat.
Injil
hari ini mengisahkan tentang kesaksian Yesus akan diri-Nya. Yesus bersaksi
bahwa segala yang dikerjakan-Nya adalah karena ia melihat apa yang dikerjakan
Bapa-Nya, “sebab apa yang dikerjakan Bapa itu juga yang dikerjakan Anak”. Yesus
dalam penyataan ini menegaskan bahwa Ia benar-benar datang dari Allah. Maka,
menerima Yesus berarti juga menerima Allah. Secara sadar Yesus mengakui bahwa
Ia bekerja karena demikian Allah menginginkannya. Ia mendengar dan lalu berbuat
sesuai dengan apa yang diperintahkan kepada-Nya. Oleh sebab itu, kebenaran yang
diberitakan oleh Yesus adalah kebenaran yang langsung dari Allah. Menerima
kebenaran itu berarti juga kita hidup dalam keadaan sebagai anak-anak Allah.
Suatu
yang mustahil memang jika keadaan berbalik dari orang tua yang baik
mengahasilkan anak yang jahat. Namun, sering pula kita temukan keadaan seperti
ini. Kenyataan dunia mengubah pendidikan yang terjadi dalam rumah adalah
kenyataan yang mesti diantisipasi. Perubahan ke arah yang buruk tentu tidak
dinginkan. Namun, Yesus mengajarkan sesuatu kepada kita bahwa perbuatan kita
mesti didasarkan pada tempat dari mana kita dilahirkan. Kalau kita dilahirkan
sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, maka sudah semestinya kita hidup
sebagaimana Tuhan menginginkannya. Amin (iki)