Yohanes 6:52-59 (Hari Biasa Pekan Paskah III)
Kebenaran itu
secara hakikatnya dimengerti sebagai suatu kenyataan yang secara kasat mata
kita saksikan, kita alami, dan dapat dipahami secara akal sehat. Dalam bacaan
Injil pada hari ini kita mendengar bagaimana orang banyak yang mendengar
pengajaran Yesus dan mempertanyakan kebenaran yang dikatakan oleh Yesus. Yang
menjadi persoalan di sini bukan pada perkataan Yesus tetapi pemahaman mereka
terhadap pernyataan itu. Orang banyak (orang Yahudi) tidak menangkap dengan
‘benar’ apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Mereka tidak memahami bahwa apa yang
dikatakan oleh Yesus itu justru melampaui kebenaran yang secara kasat mata
mereka yakini. Kebenaran yang ada dalam diri Yesus justru melampaui semua
kebenaran yang ada di dunia. Oleh karena itu sekali lagi dibutuhkan sebuah
pemahaman yang juga dapat melampaui kenyataan duniawi ini.
Oleh karena itu bacaan pada hari ini
mau mengajak kita untuk tidak hanya berpikir tentang hal-hal yang bersifat
duniawi, tetapi juga tentang hidup beriman kita. Terkadang kita larut dalam
kebisingan dan kenikmatan duniawi sedangkan kita lupa bahwa apa yang ditawarkan
oleh dunia hanyalah bersifat sementara. Dengan perkataan Yesus “Barangsiapa
makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal dalam Aku dan Aku dalam dia dan
akan memperoleh hidup yang kekal”, Yesus sekali lagi berbicara mengenai jaminan
terhadap kepercayaan kita. Jaminan itu bukan ada di dunia sekarang ini tetapi
ada dalam diri Yesus. Dalam perikop ini dilukiskan kesementaraan hidup di
dunia, dikontraskan dengan kekekalan hidup bersama Allah melalui Yesus. Maka kita
sebagai umat beriman harus senantiasa memperjuangkan tujuan hidup kita untuk
tinggal dalam kekekalan bersama Allah. Secara konkrit diwujudkan dengan
menghidupi nilai-nilai kristiani (kebijaksanaan, kejujuran, kerendahan hati,
dll) dalam hidup kita setiap hari. (Adolfian27)