Yohanes: 3, 7-15
Ada
suatu ungkapan yang menarik dari St. Alfonsus De Liguori, bahwa “dunia ini bukanlah tanah air kita yang
sejati, dunia ini hanyalah tempat persinggahan”. Ungkapan ini, menyiratkan
suatu maksud bahwa sebenarnya tujuan hidup kita, tidak ada di dunia ini, dunia
ini hanyalah tempat peralihan menuju hidup abadi, yakni hidup bersama Allah.
Bacaan
Injil pada hari ini, melanjutkan percakapan yang terjadi antara Yesus dan
Nikodemus. Dalam kisah itu, lagi-lagi diceriterakan bahwa Nikodemus masih belum
memahami apa yang dimaksudkan Yesus ketika Ia mengatakan bahwa “setiap orang harus dilahirkan kembali”.
Nikodemus masih saja mengartikan kata-kata Yesus tersebut secara harafiah, dan
masih saja bertanya “bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” Jawaban Yesus
terhadap pertanyaan Nikodemus itu, adalah suatu bentuk kritik terhadapnya,
bahwa sebenarnya Nikodemus belum sungguh mengerti akan perkataan Yesus karena
Ia belum percaya sungguh pada-Nya. Untuk memahami sabda Yesus, hal pertama yang
dibutuhkan adalah percaya pada-Nya, dan orang yang percaya pada-Nya, akan memperoleh
hidup kekal.
Dalam
ungkapan pembuka di atas, telah dikatakan bahwa dunia ini hanyalah tempat
persinggahan, dan bukanlah tujuan hidup kita yang sesungguhnya. Pada bagian
akhir dari sabda-Nya, Yesus mengatakan bahwa barang siapa percaya pada-Ku, akan
beroleh hidup kekal. Hidup kekal adalah hidup bersama Allah di dalam
kerajaan-Nya. Kalau dikatakan bahwa dunia ini hanyalah suatu tempat
persinggahan, itu berarti bahwa dunia ini hanyalah suatu terminal, suatu tempat
persiapan menuju suatu tempat yang dituju. Untuk sampai pada tempat yang dituju,
kita butuh seseorang yang tahu jalan menuju tempat itu. Biasanya, orang yang
kita percaya untuk membawa kita untuk sampai pada tempat yang dituju, adalah
orang yang telah sampai ke tempat itu, dan pada orang itu kita menaruh
kepercayaan bahwa kita akan dibawa sampai pada tempat yang dituju.
Bagi
kita orang Kristen, orang yang bisa dan patut kita percayai adalah Yesus. Hanya
Yesuslah yang dapat membawa kita sampai pada suatu hidup yang kekal, yakni
hidup bersama Allah dalam Kerajaan Sorga. Kita percaya pada Yesus, karena
Yesuslah yang tahu tempat itu, sebagaimana Ia sendiri katakan bahwa “tidak ada seorang pun yang telah naik ke
sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia”.
Namun, hendaknya rasa percaya kita kepada-Nya, diikuti dengan keterbukaan untuk
mengikuti segala nasehat dan kehendak-Nya, bukan kehendak kita sendiri. Inilah
yang sering kali menjadi kekeliruan kita. Misalnya, yang paling sering terjadi
adalah kita baru mengingat Tuhan ketika kita berada dalam situasi yang genting,
di mana tidak ada orang lain yang lagi bisa membantu kita, atau kita baru akan
mengingat Tuhan ketika mempunyai intensi tertentu. Tidak salah, namun jika
selalu seperti itu yang kita lakukan, kita telah memaksa Tuhan mengikuti
kehendak dan keinginan kita. Ingatlah bahwa kehadiran Yesus di dunia ini adalah
untuk membawa kita sampai pada Kerajaan Allah, namun hal itu mengandaikan bahwa
kita sendiri selalu siap untuk mengikuti segala nasehat dan kehendak-Nya. AMIN